PERJALANAN KARYA

0 Comments »

Langkah Awal

Permulaan jalan sebagai langkah yang menelusuri rute panjang yang akan dimulai dari mana awal atau akhirnya. Semua terus bergerak seiring arah langkah yang menggiring ayun kedepan.

Entah dari hilir atau hulu, yang terpenting sekarang berada dimana sekarang. Ke kiri atau kanan, yang penting tetap bergerak untuk terus berdenyut seiring langkah dan jantung yang terus berdetak tak peduli siang atau malam. Kecuali memang sudah masa akhirnya.

Masih terasa sepi, namun semangat terus membara membuat langkah terus berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain. Peralatan dan bahan menjadi amunisi yang terus berkurang dan menambah lembar demi lembar karya.

Modal semangat untuk melangkah dan pengetahuan dasar sebagai nyali untuk diuji cobakan dengan realita dan harapan kedepan. Teman, pertemanan menjadi rajutan yang menjadi simpul untuk sebuah bentangan yang memiliki makna sebagai sejarah dalam perjalanan hidup. Mengkristal, dalam guratan yang memadupadankan helai demi helai yang solid. Seperti gumpalan arti dalam hakekat makna yang terus bergulir.

Ini lah kenyataan dari sebuah langkah..Aku hanya mengambil peran, dan coba turuti kearah mana langkah tujuan. Kembali dari kawah candra dimuka. Muka seperti apa wajah tergantung pada bagaimana langkah dijalani dalam mewarnai setiap gerak itu.

Pontianak, disini mulanya. Dari titik nol Kilometer karya coba kugulirkan. Sketsa, lukis, dan entah apa namanya. Apa-pun jadinya kuturuti semua karena waktu yang akan membantu itu semua jadi kisah, cerita atau tidak sama sekali. Pergulatan masa dan segala hal yang ada, jadikan semua bermakna. Panas, hujan, badai sekalipun terus kuhasilkan dan semua itu menjadi ramuan yang memberi bumbu pada aroma adonan setiap peristiwa.

Kekayaan yang ada menjadi terlihat, warna bentuk serta rupa menjadi wujud yang mulai dipahami. Sang waktu masih terus berdetak, di antara ruang yang ada serta pergantian siang dan malam. Serpihan-serpihan menjadi mozaik pada nuansa Zamrud Khatulistiwa. Pesonanya membentuk untaian yang meng-Kayai pesonanya. Keragaman Budaya, panorama, serta karakter kota menjadi kesatuan yang mengikat semua bentuk dari karakter itu semua.

Tahun 1998-1999, perlahan-lahan langkah kuayun dengan segala perasaan yang ada. Terus, terus dan terus hingga kuterbawa entah kemana. Pergulatan terus kulewati antara perjuagan pergolakan atau pelarian. Ini adalah langka, dan aku tetap harus terus bergerak mengisi sela-sela rongga lorong waktu yang ada. Tanpa berkarya, artinya waktu itu adalah sia-sia. Sama hal aku tak berdetak seperti nadi yang terasa di ujung tangan.

Tanganku gerakkan seiring gerak lirik mata yang menangkap setiap hal sebagai bagian cerita dari kisah hari ini. Sebagai bahan kisah hari esok dan untuk nantinya.

Ada hal yang kurasa ketika goresan itu menjadi makna, tetapi ini menjadi motifasi yang sangat membekas dan begitu berarti pada langkah selanjutnya.

Sepulang sekolah atau waktu di sekolah, pengalaman menggambar jadi pelajaran yang sangat asyik dan mengesankan. Tinggal di lingkungan sekolahan membuatku menjadi mudah untuk mendapatkan kapur tulis, sepulang jam sekolahan kesempatan bagiku untuk membuat gambar-gambar sepanjang-panjang dan seluas lantai gedung sekolahan dengan semua cerita-cerita yang ada di pikiranku ketika itu.

Masih kuingat bagaimana aku menggambarkan beberapa teman sepermainan sedang main kelereng. Hampir penuh kertas yang tergambar karena kelerengnya bertebaran kesana-kemari. Tanpa berbaju ingat betul saat itu aku baru kelas satu SD dan baru pulang sekolah sambil menunggu hilangnya keringat, kusempatkan untuk menggambarkan yang terlintas dikertas gambar yang selalu tersedia di rumah.

Kerap kali juga kugambarkan kembali lukisan Bapak yang terpampang di dinding kamar. Sepulang Bapak dari kantor, bergegas kuperlihatkan hasil gambarku..dan Bapak selalu memberi nilai pada kertas gambarku. Besoknya ku ulang lagi… he3x

Lain di rumah, memang papan tulis telah tersedia dan kertas gambar. Itu semua menjadi bagian masa kecilku yang kini menjadi manis dan tak terlupakan dalam kenangan.

Apresiasi yang menunjang untuk berkembang pada masa itu yang mampu menjembatani semua keinginan yang ada. Dukungan yang ada menjadi support dalam perkembangan kedepan.

Bakat itu terus tumbuh seiring masa-masa jenjang pendidikan yang dilewati. Sebelum usai pendidikan dasar, aku yang masih termotifasi dengan gambar menggambar didorong untuk mendapatkan bimbingan melukis.

Prestasi demi prestasi kuraih hingga kependidikan menengah atas. Keputusan besar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi seni di jawa semakin sangat membesarkan hatiku.

Pulang dengan emas ditangan kembali ke tanah Borneo, coba terus kuasah dengan rimbunya belantara, panjangnya bentangan sungai-sungai, gelombang pasang laut cina selatan hingga jadi berkilau dalam suguhan yang sedang dipersiapkan.

Berbagai kisah dalam perjalanan yang membenturkan dan memberi pemahaman akan makna setiap arti goresan serta warna alam beserta kehidupanya. Masuk ke relung belantara alam Borneo, menceburkan diri ke-rerimbunan aromanya.

Kalau-pun belum tercium aromanya, tentulah angin kan membawa tebaran sejauh hembusan pada musimnya. Selama mentari masih bersinar taklah ada yang mustahil bisa terjadi di muka bumi ini.

0 Responses to "PERJALANAN KARYA"

Posting Komentar